1/28/25

Tuhan, Kenapa Aku Dilahirkan?

 Tuhan, Kenapa Aku Dilahirkan?

Pertanyaan “Kenapa aku dilahirkan?” sering kali muncul dalam hati seorang hamba yang merenungi makna keberadaannya di dunia. Dalam Islam, pertanyaan ini bukanlah sesuatu yang salah. Justru, merenungi tujuan hidup menunjukkan keinginan seorang manusia untuk memahami makna penciptaan dan hubungannya dengan Allah SWT. Islam sebagai agama yang sempurna telah memberikan panduan yang jelas tentang tujuan penciptaan manusia melalui Al-Qur’an dan hadits.

Tujuan Penciptaan Manusia

Allah SWT menciptakan manusia bukan tanpa tujuan. Dalam Al-Qur’an, Allah menyatakan:

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”

(QS. Adz-Dzariyat: 56)

Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah. Ibadah dalam Islam tidak hanya terbatas pada ritual seperti shalat dan puasa, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan. Segala perbuatan yang dilakukan dengan niat untuk mendapatkan ridha Allah adalah bentuk ibadah, baik itu bekerja, menuntut ilmu, maupun berbuat baik kepada sesama.


Tugas Manusia di Dunia

Seain beribadah, manusia juga diberi tugas sebagai khalifah di bumi. Allah SWT berfirman:

إِنِّي جَاعِلٌ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗ

“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”

(QS. Al-Baqarah: 30)

Sebagai khalifah, manusia bertanggung jawab untuk menjaga, memelihara, dan memanfaatkan bumi sesuai dengan kehendak Allah. Tugas ini mencakup menjaga lingkungan, menegakkan keadilan, dan menjalin hubungan baik dengan sesama makhluk Allah.


Hikmah di Balik Penciptaan

Setiap manusia diciptakan dengan hikmah tertentu, bahkan ketika hidup terasa sulit dan penuh ujian. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda:


عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَلِكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ: إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

"Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman! Sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik baginya. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya. Dan jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya."

(HR. Muslim, no. 2999)

Hadits ini mengajarkan bahwa hidup manusia, baik dalam keadaan senang maupun sulit, selalu memiliki nilai dan hikmah jika dihadapi dengan sikap iman.


Kenapa Aku Dilahirkan dalam Keadaan Tertentu?

Kadang-kadang, seseorang bertanya kenapa dia dilahirkan dalam kondisi yang sulit, seperti kemiskinan, kekurangan fisik, atau berada dalam keluarga yang penuh masalah. Dalam Al-Qur’an, Allah mengingatkan:


لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَا

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”

(QS. Al-Baqarah: 286)


Ayat ini menegaskan bahwa segala ujian yang diberikan Allah kepada manusia sesuai dengan kemampuan mereka. Ujian tersebut adalah bentuk kasih sayang Allah agar manusia kembali mendekat kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya:


فَإِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرًا. إِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرًا

“Karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”

(QS. Al-Insyirah: 5-6)


Peran Takdir dalam Kehidupan

Allah SWT menentukan takdir setiap hamba-Nya, termasuk di mana dan bagaimana mereka dilahirkan. Semua itu telah tertulis di Lauhul Mahfuzh. Rasulullah SAW bersabda:


إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

"Sesungguhnya Allah telah menetapkan takdir segala makhluk 50.000 tahun sebelum menciptakan langit dan bumi."

(HR. Muslim, no. 2653)


Menerima takdir adalah bagian dari iman. Namun, Islam juga mengajarkan bahwa manusia diberikan kebebasan berusaha untuk mengubah keadaannya. Allah berfirman:


إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.”

(QS. Ar-Ra’d: 11)


Menemukan Kedamaian dalam Tujuan Hidup

Ketika seseorang memahami bahwa hidup ini adalah bagian dari ibadah kepada Allah dan persiapan menuju kehidupan akhirat, maka hidupnya akan lebih bermakna. Rasulullah SAW mengingatkan:


كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ

"Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau seorang musafir."

(HR. Bukhari, no. 6416)

Hadits ini mengajarkan bahwa dunia hanyalah tempat persinggahan sementara. Segala kesulitan yang dihadapi di dunia tidak sebanding dengan balasan di akhirat bagi mereka yang sabar dan bertakwa. Allah berfirman:

وَٱلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ وَأَبۡقَىٰ

“Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.”

(QS. Al-A’la: 17)


Kesimpulan

Pertanyaan “Tuhan, kenapa aku dilahirkan?” seharusnya tidak membuat kita terjebak dalam keputusasaan, melainkan menjadi pintu untuk merenungi kebesaran Allah dan mencari tujuan hidup yang sejati. Allah menciptakan manusia dengan cinta dan memberikan kesempatan kepada setiap hamba-Nya untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dengan memahami bahwa kita diciptakan untuk beribadah, menjadi khalifah di bumi, dan menjalani takdir dengan penuh kesabaran, kita dapat menemukan ketenangan. Hidup ini adalah perjalanan menuju Allah, dan setiap langkah yang kita ambil hendaknya menjadi bukti cinta kita kepada-Nya.

Semoga kita semua senantiasa diberi hidayah untuk menjalani hidup sesuai dengan tuntunan-Nya dan memperoleh kebahagiaan sejati di dunia serta akhirat. Aamiin.